
Jauh dari zaman christopher Columbus benarkah orang jawa sudah menjelajah ke plosok-plosok dunia dan memiliki teknologi yang lebih maju dari penjelajah eropa.Dilihat dari sejarahnya kapal jawa memiliki peran penting dalam perdagangan maritim di Asia tenggara.
Pada masa lalu,kapal-kapal ini berlayar ke berbagai tempat termasuk tiongkok,india dan wilayah lainnya membawa komoditas seperti rempah-rempah hasil hutan dan barang-barang lainnya.Kemampuan kapal jawa untuk mengarungi laut lepas membuatnya menjadi alat transportasi yang vital dalam jaringan perdagangan internasional pada jaman itu.Lalu seperti apakah kapal jawa tersebut.
Siapa yang tak mendengar nama-nama seperti Marco polo,Christoper Columbus,Vasco Da gama, Ferdinand Magellan, James Cook, Hernan Corrtes dan Kawan-kawannya. Semua itu adalah nama-nama penjelajah dari Eropa yang masa penjelajahannya mereka semua masuk dalam buku sejarah.
Namun tahukah kalian semua sebelum mereka semua berhasil menaklukan samudra dan antar benua , orang-orang dari bumi Nusantara sudah lebih dulu melakukannya.Bahkan pada masa kejayaannya orang-orang di Nusantara dikenal dengan kapal raksasanya yang disebut dengan djong atau Jung.
Bukti bahwa orang-orang Nusantara Sudah melakukan perjalanan menaklukan samudra bedabad-abad jauh dari abngsa eropa adalah ditemukannya butiran lada atau merica dalam lubang hidung mumi firaun ramses II yang meninggal pada tahun 1224 sebelum masehi.Demikian juga dengan ketumbar dan damar hingga kapur barus sebagai salah satu bahan untuk memifikasi.
Menariknya semua tumbuh hanya di Nusantara,hal ini menjadi bukti bahwa jalur pelayaran melintasi samudra hindia telah ada ribuan tahun sebelum masehi dengan rempah-rempah dengan komoditas utamanya.
Lebih lanjut,menurut sejarah M.C.Ricklefs leluhur orang Nusantara yaitu penutur austronesia bermigrasi dari kepulauan formosa ke Nusantara sekitar tahun 3000 sebelum masehi.Namun bukti arkeologis dari masa yang lebih tua yakni lukisan perahu dalam goa di sulawesi Selatan menunjukan kebiasaan berlayar leluhur orang-orang Nusantara berlangsung lebih lama lagi.
Nenek moyang orang Nusantara juga dikenal memiliki sistem navigasi yang kokoh.Orientasi dilaut dilakukan dengan menggunakan berbagai macam tanda alam yang berbeda dan dengan menggunakan tehnik astronomi yang sangat khas yang disebut navigasi jalur bintang.
Para Navigator menentukan haluan kapal ke pulau-pulau yang dikenali dengan menggunakan posisi terbut dan terbenamnya bintang-bintang tertentu diatas cakrawala.Pada jaman majapahit sistem navigasi di Nusantara telah jauh lebih berkembang lagi dimana kompas dan magnet telah digunakan.Selain itu kartografi atau ilmu pemetaan juga telah berkembang di era ini.
Pada tahun 1293 Raden wijaya memberikan peta dan catatan sensus penduduk pada pasukan mongol dinasti yuan.Peta tersebut menunjukan bahwa pembuatan peta telah menjadi bagian formal dari urusan pemerintahan di jawa.Penggunaan peta punuh garis-garis memanjang dan melintang,garis ram dan garis rute langsung yang lalui kapal dicatat oleh orang Eropa sehingga orang portugis menilai peta jawa merupakan peta terbaik pada awal tahun 1500 an.
Sebagai wilayah dengan banyak kepulauan bukan hal yang aneh jika peradaban maritim Nusantara sudah jauh lebih maju dibanding dengan bangsa-bangsa yang lain.Catatan paling tua yang menyinggung teknologi perkapalan dari Nusantara ditemukan dalam catatan Claudius Ptolemeaus dari Yunani sekitar tahun 150 masehi.Catatan itu adalah Periplus Marae Erythraensis atau catatan laut bagi terluar.
Catatan tersebut menyebutkan sebuah kapal raksasa yang disebut dengan Kolandiaphonta.Ciri-ciri kapal ini adalah berukuran besar dengan panjang lebih dari 50-60 meter,badan kapal terbuat dari papan berlapis ,tidak memiliki cadik ,dipasangi banyak tiang dan layar berbentuk tanja dan memiliki tehnik pengikatan papan berupa jahitan dengan serat tumbuhan.
Nama kolandiaphonta sendiri kemungkinan merupakan adaptasi dari terjemahan bahasa cina yang menyebut kapal ini dengan nama Kun Lun Po yang berarti kapal-kapal orang selatan.Kun Lun adalah istilah yang digunakan oleh dinasti Cina Kuno untuk menyebut wilayah yang terdiri dari daratan selatan Asia tenggara dan Asia tenggara maritim yang meliputi jawa,sumatra,kalimantan,champa,dan kamboja.
Kun Lun Po adalah kapal layar kuno yang digunakan oleh pelaut austronesia dari kawasan Asia tenggara Maritim,yang dijelaskan oleh catatan cina dan dinasti Han. Pada milenium pertama masehi kapal-kapal ini menghubungkan rute perdagangan antara Hindia dan Cina.Kapal jenis ini masih digunakan setitaknya hingga abad ke-14 masehi.
Buku abad ke-3 dari cina yang berjudul Nanzhou Yiwuzhi (karya Wan Chen) atau hal-hal aneh dari selatan karya Wan Chen,menggambarkan bahwa kapal itu mampu membawa 700 orang bersama dengan lebih dari 10.000 kargo.Kapal-kapal ini berasal dari Kun Lun. Kapal ini disebut Kun Lun Po yang besar panjang nya lebih dari 50 meter,tinggi diatas air 5-7 meter.Kapal-kapal ini tidak dibuat oleh orang-orang disektar Selat Malaka yang merupakan industri pembuatan kapal yang besar yang hanya ada dibagian Timur Jawa.
Pada abad ke-8 perkapalan Nusantara pun mencapai puncak kejayaannya ketika orang jawa berhasil membuat kapal-kapal terbesar dalam sejarah dunia.Orang jawa menyebutnya dengan Jong atau Jung, yang dalam bahasa jawa kuno berarti perahu.
Bukti keterampilan orang jawa dalam bidang perkapalan juga bisa ditemukan pada relief candi borobudur yang memvisualkan perahu bercadik yang belakangan dikenal dengan sebutan kapal borobudur.Sementara kata Jong sendiri pertama kali tercatat dalam bahasa jawa kuno dari sebuah prasasti Bali dari abad ke-11 masehi.
Disebutkan dalam prasasti sembiran,bahwan para saudagar datang ke manasa Bali menggunakan Jong dan bahitra.Catatan pertama Jong dalam sastra berasal dari Kakawin Bhomantaka tertanggal akhir abad ke-12 masehi.
Jong digunakan terutama sebagai kapal penumpang dan kargo laut,mereka melakukan perjalanan sejauh samudra antartika di era abad pertengahan. Dalam perkembangannya selama era kerajaan-kerajaan jawa seperti majapahit ,kesultanan Demak dan kesultanan kalinyamet menggunakan kapal Jong sebagai kapal perang.
Dalam perkembangan kapal laut,Jong juga kemudian diadaptasi oleh pelaut peguan,Melayu dan Asia Timur terutama Cina pada sekitar abad ke-10. Sehingga kemudian ada dua jenis Jong yang terkenal yaitu Jong Jawa dan Jong Cina.
Deskripsi Jong Jawa berbeda dengan Jong Cina ,mereka (Jong Cina) terbuat dari kayu tebal dan ketika kapal menjadi tua mereka diperbaiki dengan papan baru dengan empat papan penutup dan ditembok berlapis, tali berlayar dibuat menggunakan anyaman rotan. Sedangkan kapal Jong Jawa dibuat menggunakan Kayu Jati dan Jong Cina pada waktu itu masih menggunakan kayu lunak sebagai bahan utamanya.
Lambung Jong Jawa dibentuk dengan menggabungkan papan ke lunas kemudian ke satu sama lain dengan pasak dan paku kayu kemudian menggunakan baut atau paku besi. Kapal itu sama-sama lancip pada ke dua ujungnya dan membawa dua kemudi yang mirip dayung dan menggunakan layar Tanja juga menggunakan layar Jung jenis layar yang berasal dari Nusantara. Ini sangat berbeda dengan kapal Cina yang lambungnya diikat oleh tali dan paku besi ke rangka dan ke sekat yang membagi ruang kargo. Kapal Cina memiliki kemudi tunggal di buritan dan memiliki bagian bawah yang rata tanpa lunas.
Lalu seberapa besar ukuran Jong Jawa ?
Duarte Barbosa seorang juru tulis dan perwira portugis melaporkan bahwa kapal-kapal Jong jawa yang mereka sebut Junco memiliki empat tiang,sangat berbeda dengan kapal-kapal Portugis. Kapal Jawa terbuat dari kayu sangat tebal,ketika kapal-kapal sudah tua orang Jawa menggantikan dengan papan baru. Dengan cara ini mereka memiliki 3-4 papan penutup yang ditumpuk berlapis dan tali terbuat dari anyaman rotan.
Barbosa juga melaporkan berbagai barang yang dibawa oleh kapal-kapal ini yang meliputi beras,daging sapi,domba,babi,dan rusa baik dikeringkan maupun diasinkan.Adapun senjata yang diperdagangkan seperti glati dan pedang,aemua dengan logam berornamen dan baja yang sangat bagus.
Barbosa menyebutkan tempat dan rute yang dikunjungi oleh kapal-kapal ini yang meliputi Maluku,Timor,Banda, Sumatra, Malaka, China, Tenasserim, Pegu, Benggala, Pulicat, Koromandel, Malabar, Cambay, dan Aden.
Dari Catatan penulis lain ada juga dapat diketahui bahwa ada jung yang pergi ke Maladewa, Calicat, Oman, Aden dan Laut Merah. Para penumpang membawa istri dan anak-anak mereka bahkan ada dari beberapa mereka tidak pernah meninggalkan kapal untuk pergi ke daratan, dan tidak memiliki tempat tinggal lain karena mereka dilahirkan dan mati dikapal.Diketahui dari catatan Historis bahwa kapal yang terbuat dari kayu jati dapat bertahan hingga 200 tahun.
Kidung Panji Wijayakrama - Rangga Lawe menyebut Jong bertingkat sembilan atau Jong Sasangawangunan yang digunakan pada saat peperangan dengan Mongol sekitar 1293. Menyebutkan bahwa kapal itu tampak seperti gunung berapi karena dekorasi awan petirnya yang berkedip-kedip dan berkilauan, dan layarnya dicat dengan warna merah-merah, dia membawa 1000 orang dengan perlengkapan gandima, Bedil, Tameng, Lembing, Perisai panjang dan baju rantai.
Pada akhir tahun 1512 sampai januari 1513 Pati Unus dari kesultanan Demak mencoba mengejutkan malaka portugis membawa 100 an kapal dengan 5000 tentara jawa dari Jepara dan Palembang. Dalam sebuah surat kepada Alfonso De Albuquerque, Fernao Pire De Andrede seorang kapten armada yang menghalau Pati Unas mengatakan bahwa Jung milik Pati Unus adalah kapal terbesar yang dilihat oleh orang-orang dari daerah ini.
Kapal itu membawa 1000 orang tentara dan kapal itu benar-benar sangat mengerikan, bahkan tidak ada orang yang pernah melihat sejenisnya. Dia membandingkan kapal Anunciada yang dinaikinya tidak terlihat seperti sebuah kapal sama sekali.
Tome Pires seorang diplomat Portugis menulis bahwa penguasa Kanton atau yang sekarang adalah Guangzhao, membuat undang-undang yang mewajibkan kapal asing untuk berlabuh disebuah pulau lepas pantai. Dia mengatakan bahwa orang Cina membuat undang-undang ini tentang perlarangan kapal dari kanton karena takut terhadap orang Jawa di Melayu. Karena diyakini bahwa satu kapal Jung mereka dapat mengalahkan 20 kapal Jung Cina.Orang Cina takut bahwa kota itu akan diambil dari mereka karena Kanton adalah salah satu kota terkaya di Cina.
Pierre-Yves Manguin berpendapat bahwa tonase Jung Jawa setidaknya adalah 1000 ton. Sementara Irawan Djoko Nugroho memperkirakan ukuran Jung Jawa besarnya 4-5 kali kapal Flor De La Mar, yang merupakan kapal terbesar di Portugis tahun 1511. Beliau berpendapat ukuran Flor De La Mar adalah sepanjang 69-78,3 meter. Ini berarti ukuran Jung Jawa adalah sekitar 313-391,5 meter dengan tonase antara 1600-2000 ton .
Jika dilihat dari deskripsinya tersebut dapat digambarkan bahwa Jung Jawa memiliki ukuran hampir sebanding dengan kapal induk modern. Sebagai gambaran USS Gerald R Ford kapal induk terbesar milik Amerika Serikat memiliki panjang sekitar 337 meter.
Karena ukuran dan kontruksi yang besar Jung Jawa membutuhkan keahlian dan material yang belum tentu terdapat di banyak tempat. Oleh karena itu,Jung Jawa raksasa hanya diproduksi di dua tempat di sekitar Jawa. Pantai itu adalah di wilayah pantai utara jawa di sekitar Cirebon dan di sekitar wilayah Rembang-Demak di Selat Muria, yang memisahkan gunung muria dengan pulau Jawa dan juga dipesisir selatan pulau kalimantan. Terutama di Banjarmasin dan pulau-pulau sekitarnya dimana pembuatnya tetap berasal dari orang jawa.
Baca Juga : Kisal Asal Usul Kota Indramayu
Pada abad Ke-14, kapal Jong Jawa semakin dikenal oleh para pelaut di dunia. Kapal-kapal tersebut digunakan secara besar-besaran oleh kerajaan Majapahit sebagai kapal angkut militer. Tidak diketahui secara pasti berapa total jumlah Jung yang digunakan oleh majapahit, namun secara garis besar mereka dikelompokan menjadi 5 (Lima) armada .
Hikayat Raja-raja Pasai menyebutkan kerajaan majapahit menggunakan Jung secara besar-besaran sebagai kekuatan lautnya. Jumlah terbesar Jung majapahit mencapai 400 kapal disertai dengan beberapa jenis kapal yang lebih kecil seperti Malangbang dan Kelulus yang tidak terhitung banyaknya ketika Majapahit menyerang Pasai.
Ekspedisi militer terbesar ke-2 yang pernah tercatat yaitu Invasi Singapura pada tahun 1398, menyebutkan bahwa Majapahit mengerahkan sekitar 300 Jung dengan tidak kurang dari 200.000 orang pasukan.
Pada Masa majapahit, hampir seluruh komoditas dari Asia ditemukan di Jawa. Hal ini dikarenakan pelayaram yang sangat ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit dengan menggunakan berbagai jenis kapal khusunya Jung untuk berdagang ke tempat yang jauh.
Laksamana Cheng Ho yang mengunjungi jawa pada tahun 1413 menyatakan bahwa pelabuhan dijawa memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada pelabuhan lain di Asia tenggara. Pada masa Majapahit pula penjelajahan Nusantara mencapai puncak prestasinya.
Ludovico Di Varthema dalam bukunya Itinerario De ludouice De Varthema bolognese menyatakan bahwa orang jawa selatan berlayar ke tanah-tanah paling selatan hingga mereka tiba disebuah pulau yang hanya memiliki waktu satu hari selama 4 jam lebih dingin daripada dibagian manapun didunia. Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut atau sekita 1660 km diselatan titik paling selatan Tasmania
Bertemunya Kapal Jung Dengan Bangsa Eropa.
Niccola Da Conti seorang asal Vanesia dalam perjalanannya di Asia tahun 1419 hingga tahun 1444 mendeskripsikan kapal Jung yang ditemuinya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari kapal Eropa. Kapal yang mampu mencapai berat 2000 ton dengan 5 layar dan tiang.
Bagian bawah kapal dibangun dengan tiga lapis papan untuk menahan kekuatan badai, Tetapi beberapa dari kapal tersebut dibangun dengan kompartemen. Sehinga jika satu bagian hancur bagian lainnya akan tetap utuh untuk menyelesaikan pelayaran.
Giovani Da Empoli salah satu agen Itali pertama yang bergabung dengan armada Portugis ke India, yaitu pada tahun 1503 sampai 1504, mengatakan bahwa ditanah Jawa kapal Jung tidak berbeda kekuatannya dengan kapal benteng, karena kapal itu memiliki 3 dan 4 papan yang tidak dapat dirusak oleh artireli.Mereka berlayar dengan wanita, anak-anak dan keluarga mereka dan setiap orang memiliki ruang untuk diri mereka sendiri
Gaspar Correia menulis dari abad ke-16 dari Portugis, mencatat tentang pertemuan Alfonso De Albuquerque dengan kapal raksasa Majapahit yang terjadi diselat Malaka. Catatan Gaspar itu menyebutkan bahwa kapal itu tidak mempan ditembak meriam yang besar. Hanya dua lapis papan yang bisa ditembus dari 4 lapis papan kapal itu. Saat kapten berusaha untuk menaikinya, bagian belakang kapal Flor De La Mar tidak bisa mencapai jembatan kapal raksasa tersebut.
Alfonso De Albuquerque mencatat kalau Jung yang ditemuinya memiliki 4 tiang layar dan bobot muatan sekitar 600 ton. Alfonso De Albuquerque juga sangat mengagumi kapal Jung dan awaknya dan menjulukinya sebagai obravo yang berarti si pemberani.
Terkesan dengan keterampilan orang Jawa dalam pembuatan kapal ,Albuquerque kemudian memperkerjakan 60 tukang kayu dan pembuat kapal Jawa dari galangan kapal Malaka dan mengirim mereka ke India. Dengan harapan perajin ini akan dapat memperbaiki kapal-kapal Portugis di India. Namun,mereka tidak pernah sampai di India, mereka memberontak dan membawa kapal Portugis yang mereka tumpangi ke Pasai.
Tercatat, setidaknya ada satu Jung berlayar ke Portugal untuk ditempatkan sebagai kapal penjaga pantai di Sacavem dibawah perintah Raja Jhon III dan sebagai kapal perang di armada selat Gibraltar , Esquadra Do Estreito .
Meskipun dikatakan tidak dapat tertembus oleh peluru meriam, kapal Jung Jawa juga memiliki kelemahan . Ukurannya yang sangat besar menjadikan Jung Jawa lebih sulit dikendalikan dan sulit dalam bermanuver dibandingkan dengan kapal-kapal Eropa yang lebih kecil. Orang portugis mencatat bahwa kapal besar dan susah dikendalikan itu menjadi kelemahan dari Jung Jawa.
Pasukan portugis berhasil menghalau serangan yang dilakukan oleh Pati Unus pada tahun 1513 dan ratu Kalinyamat pada tahun 1574 di Malaka menggunakan kapal-kapal yang lebih kecil tetapi lebih lincah menggunakan taktik menaiki kapal dan membakar kapal-kapal Jung.
Hilangnya Kapal Jong Jawa.
Anthony Reid berpendapat bahwa kegagalan Jong dalam pertempuran melawan kapal-kapal berat yang lebih kecil dan lebih lincah, mungkin telah meyakinkan para pembuat kapal Jawa bahwa Jong jawa besar tetapi kurang lincah dalam pergerakan dalam pertempuran.
Sejak pertengahan abad ke-16 kekuatan maritim Nusantara mulai menggunakan jenis baru yaitu kapal angkatan laut yang lincah , yang dapat dilengkapi dengan mariam yang lebih besar seperti Lancaran, Ghurab, dan Ghali. Jong-jong yang berlayar di Nusantara setelah tahun 1600 an daya muatnya hanya sekisar sebesar 20-300 ton dengan kemungkinan rata-rata sebesar 100 ton.
Hilangnya tradisi maritim Jawa adalah dari kebijakan kerajaan Jawa sendiri setelah kekalahan mereka terhadap Portugis dalam penyerbuan Malaka, yang kemudian lebih memusatkan pada kekuatan angkatan darat. Gagalnya regenerasi kekuatan Mataram, juga disebut sebagai salah satu penyebab terkikisnya peradaban kapal Jung.
Setelah sultan Agung Mataram lengser, pemerintahan Mataram jatuh pada Amangkurat I . Pada masa pemerintahannya,Amangkurat I menjalin perjanjian dagang dengan Belanda melalui VOC. Perjanjian itu berbunyi pihak VOC mengizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah mataram, sedangkan pihak Mataram juga diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai oleh VOC.
Pada tahun 1655 Amangkurat I menerapkan kebijakan untuk menutup pelabuhan dan menghancurkan kapal-kapal besar dikota-kota pesisir, untuk mencegah kota pesisir menjadi kuat dan melakukan pemberontakan ke Mataram. Kebijakan yang diambil oleh Amangkurat I ini secara sadar atau tidak sadar telah menghancurkan ekonomi Jawa dan juga berpengaruh terhadap Maritim yang dibangun sejak zaman medang sampai Majapahit dan mengubah Mataram menjadi kerajaan agraris.
Kondisi itu semakin diperburuk ketika VOC mulai menguasai pelabuhan-pelabuhan pesisir dipertengahan abad ke 18. Pada saat itu VOC juga melarang galangan kapal membuat kapal dengan tonase melebihi 50 ton serta menempatkan pengawas dimasing-masing pelabuhan.
Di era modern, sejarah Nusantara kuno sering digambarkan sebagai kerajaan agraris semata seolah-olah melupakan bahwa Nusantara juga pernah berjaya di lautan selama berabad-abad. Membuat peradaban kapal Jung yang melampaui zamannya dan perjalananya dalam membawa komoditas rempah Nusantara ke penjuru dunia hanya tersisa menjadi sejarah yang hampir terlupakan begitu saja.